Sifat fisik bahan peledak merupakan suatu
kenampakan nyata dari sifat bahan peledak ketika menghadapi perubahan
kondisi lingkungan sekitarnya. Kenampakan nyata inilah yang harus
diamati dan diketahui tanda-tandanya oleh seorang juru ledak untuk
menjastifikasi suatu bahan peledak yang rusak, rusak tapi masih bisa
dipakai, dan tidak rusak. Kualitas bahan peledak umumnya akan menurun
seiring dengan derajat kerusakannya, artinya pada suatu bahan peledak
yang rusak energi yang dihasilkan akan berkurang.
a. Densitas
Densitas secara umum adalah angka yang
menyatakan perbandingan berat per volume. Pernyataan densitas pada bahan
peledak dapat mengekspresikan beberapa pengertian, yaitu:
(1) Densitas bahan peledak adalah berat bahan peledak per unit volume dinyatakan dalam satuan gr/cc
(2) Densitas pengisian (loading density) adalah berat bahan peledak per meter kolom lubang tembak (kg/m)
(3) Cartridge count atau stick count adalah jumlah cartridge
(bahan peledak berbentuk pasta yang sudah dikemas) dengan ukuran 1¼” x
8” di dalam kotak seberat 50 lb atau 140 dibagi berat jenis bahan
peledak.
Densitas bahan peledak berkisar
antara 0,6 – 1,7 gr/cc, sebagai contoh densitas ANFO antara 0,8 – 0,85
gr/cc. Biasanya bahan peledak yang mempunyai densitas tinggi akan
menghasilkan kecepatan detonasi dan tekanan yang tinggi. Bila diharapkan
fragmentasi hasil peledakan berukuran kecil-kecil diperlukan bahan
peledak dengan densitas tinggi; bila sebaliknya digunakan bahan peledak
dengan densitas rendah. Demikian pula, bila batuan yang akan diledakkan
berbentuk massif atau keras, maka digunakan bahan peledak yang mempunyai
densitas tinggi; sebaliknya pada batuan berstruktur atau lunak dapat
digunakan bahan peledak dengan densitas rendah.
Densitas pengisian ditentukan dengan
cara perhitungan volume silinder, karena lubang ledak berbentuk silinder
yang tingginya sesuai dengan kedalaman lubang. Contoh perhitungan
sebagai berikut:
- Digunakan diameter lubang ledak 4 inci = 102 mm
- Diambil tinggi lubang (t) 1 m, maka volumenya = p r² t = p x 1
= 0,00817 m³/m = 8.170 cm³/m
- Bila digunakan ANFO dengan densitas 0,80 gr/cc, maka volume ANFO per meter ketinggian lubang = = 6.536 gr/m = 6,53 kg/m
Setelah diketahui muatan bahan
peledak per meter lubang ledak, maka jumlah muatan bahan peledak di
dalam lubang ledak adalah perkalian tinggi total lubang yang terisi
bahan peledak dengan densitas pengisian tersebut. Misalnya untuk tinggi
lubang yang harus diisi bahan peledak 9 m dan densitas pengisian 6,53
kg/m, maka muatan bahan peledak di dalam lubang tersebut adalah 9 m x
6,53 kg/m = 58,77 kg/lubang.
Perhitungan di atas membutuhkan waktu
dan tidak praktis bila diterapkan di lapangan. Untuk itu dibuat tabel
yang menunjukkan densitas pengisian dengan variasi diameter lubang ledak
dan densitas bahan peledak seperti terlihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Densitas pengisian untuk berbagai diameter lubang ledak dan
densitas bahan peledak dalam kg/m
Diameter lubang ledak
|
Densitas bahan peledak, gr/cc
|
|||||||||
mm
|
inci
|
0.70
|
0.80
|
0.85
|
0.90
|
1.00
|
1.15
|
1.20
|
1.25
|
1.30
|
76
|
3.00
|
3.18
|
3.63
|
3.86
|
4.08
|
4.54
|
5.22
|
5.44
|
5.67
|
5.90
|
89
|
3.50
|
4.35
|
4.98
|
5.29
|
5.60
|
6.22
|
7.15
|
7.47
|
7.78
|
8.09
|
102
|
4.00
|
5.72
|
6.54
|
6.95
|
7.35
|
8.17
|
9.40
|
9.81
|
10.21
|
10.62
|
108
|
4.25
|
6.41
|
7.33
|
7.79
|
8.24
|
9.16
|
10.54
|
10.99
|
11.45
|
11.91
|
114
|
4.50
|
7.14
|
8.17
|
8.68
|
9.19
|
10.21
|
11.74
|
12.25
|
12.76
|
13.27
|
121
|
4.75
|
8.05
|
9.20
|
9.77
|
10.35
|
11.50
|
13.22
|
13.80
|
14.37
|
14.95
|
127
|
5.00
|
8.87
|
10.13
|
10.77
|
11.40
|
12.67
|
14.57
|
15.20
|
15.83
|
16.47
|
130
|
5.13
|
9.29
|
10.62
|
11.28
|
11.95
|
13.27
|
15.26
|
15.93
|
16.59
|
17.26
|
140
|
5.50
|
10.78
|
12.32
|
13.08
|
13.85
|
15.39
|
17.70
|
18.47
|
19.24
|
20.01
|
152
|
6.00
|
12.70
|
14.52
|
15.42
|
16.33
|
18.15
|
20.87
|
21.78
|
22.68
|
23.59
|
159
|
6.25
|
13.90
|
15.88
|
16.88
|
17.87
|
19.86
|
22.83
|
23.83
|
24.82
|
25.81
|
165
|
6.50
|
14.97
|
17.11
|
18.18
|
19.24
|
21.38
|
24.59
|
25.66
|
26.73
|
27.80
|
178
|
7.00
|
17.42
|
19.91
|
21.15
|
22.40
|
24.88
|
28.62
|
29.86
|
31.11
|
32.35
|
187
|
7.38
|
19.23
|
21.97
|
23.34
|
24.72
|
27.46
|
31.58
|
32.96
|
34.33
|
35.70
|
203
|
8.00
|
22.66
|
25.89
|
27.51
|
29.13
|
32.37
|
37.22
|
38.84
|
40.46
|
42.08
|
210
|
8.25
|
24.25
|
27.71
|
29.44
|
31.17
|
34.64
|
39.83
|
41.56
|
43.30
|
45.03
|
229
|
9.00
|
28.83
|
32.95
|
35.01
|
37.07
|
41.19
|
47.37
|
49.42
|
51.48
|
53.54
|
251
|
9.88
|
34.64
|
39.58
|
42.06
|
44.53
|
49.48
|
56.90
|
59.38
|
61.85
|
64.33
|
270
|
10.63
|
40.08
|
45.80
|
48.67
|
51.53
|
57.26
|
65.84
|
68.71
|
71.57
|
74.43
|
279
|
11.00
|
42.80
|
48.91
|
51.97
|
55.02
|
61.14
|
70.31
|
73.36
|
76.42
|
79.48
|
286
|
11.25
|
44.97
|
51.39
|
54.61
|
57.82
|
64.24
|
73.88
|
77.09
|
80.30
|
83.52
|
311
|
12.25
|
53.18
|
60.77
|
64.57
|
68.37
|
75.96
|
87.36
|
91.16
|
94.96
|
98.75
|
349
|
13.75
|
66.96
|
76.53
|
81.31
|
86.10
|
95.66
|
110.01
|
114.79
|
119.58
|
124.36
|
381
|
15.00
|
79.81
|
91.21
|
96.91
|
102.61
|
114.01
|
131.11
|
136.81
|
142.51
|
148.21
|
432
|
17.00
|
102.60
|
117.26
|
124.59
|
131.92
|
146.57
|
168.56
|
175.89
|
183.22
|
190.55
|
b. Sensitifitas
Sensitifitas adalah sifat yang menunjukkan tingkat kemudahan inisiasi bahan peledak atau ukuran minimal booster
yang diperlukan. Sifat sensitif bahan peledak bervariasi tergantung
pada kompisisi kimia bahan peledak, diameter, temperature, dan tekanan ambient. Untuk menguji sensitifitas bahan peledak dapat digunakan cara yang sederhana yang disebut air gap test, sebagai berikut:
(1) Siapkan 2 buah bahan peledak berbentuk cartridge berdiameter sama, misalnya “D”
(2) Dekatkan kedua bahan peledak
tersebut hingga berjarak 1,1 D, kemudian gabungkan keduanya menggunakan
selongsong terbuat dari karton (lihat Gambar 2.1).
(3) Pasang detonator No. 8 atau detonating cord 10 gr/m pada salah satu bahan peledak (disebut donor), kemudian ledakkan.
(4) Apabila bahan peledak yang
satunya lagi (disebut aseptor) turut meledak, maka dikatakan bahwa bahan
peledak tersebut sensitif; sebaliknya, bila tidak meledak berarti bahan
peledak tersebut tidak sensitif.
Gambar 2.1. Pengujian sensitifitas bahan peledak dengan cara air gap
Bahan peledak ANFO tidak sensitif terhadap detonator No. 8 dan untuk meledak-kannya diperlukan primer (yaitu booster yang sudah dilengkapi detonator No. 8 atau detonating cord 10 gr/m) di dalam lubang ledak. Oleh sebab itu ANFO disebut bahan peledak peka (sensitif) terhadap primer atau “peka primer”.
c. Ketahanan terhadap air (water resistance)
Ketahanan bahan peledak terhadap air
adalah ukuran kemampuan suatu bahan peledak untuk melawan air
disekitarnya tanpa kehilangan sensitifitas atau efisiensi. Apabila suatu
bahan peledak larut dalam air dalam waktu yang pendek (mudah larut),
berarti bahan peledak tersebut dikatagorikan mempunyai ketahanan
terhadap air yang “buruk” atau poor, sebaliknya bila tidak larut dalam air disebut “sangat baik” atau excellent. Contoh bahan peledak yang mempunyai ketahanan terhadap air “buruk” adalah ANFO, sedangkan untuk bahan peledak jenis emulsi, watergel atau slurries dan bahan peledak berbentuk cartridge
“sangat baik” daya tahannya terhadap air. Apabila di dalam lubang ledak
terdapat air dan akan digunakan ANFO sebagai bahan peledaknya, umumnya
digunakan selubung plastik khusus untuk membungkus ANFO tersebut sebelum
dimasukkan ke dalam lubang ledak.
d. Kestabilan kimia (chemical stability)
Kestabilan kimia bahan peledak maksudnya
adalah kemampuan untuk tidak berubah secara kimia dan tetap
mempertahankan sensitifitas selama dalam penyimpanan di dalam gudang
dengan kondisi tertentu. Bahan peledak yang tidak stabil, misalnya bahan
peledak berbasis nitrogliserin atau NG-based explosives, mempunyai kemampuan stabilitas lebih pendek dan cepat rusak.
Faktor-faktor yang mempercepat
ketidak-stabilan kimiawi antara lain panas, dingin, kelembaban, kualitas
bahan baku, kontaminasi, pengepakan, dan fasilitas gudang bahan
peledak. Tanda-tanda kerusakan bahan peledak dapat berupa kenampakan
kristalisasi, penambahan viskositas, dan penambahan densitas. Gudang
bahan peledak bawah tanah akan mengurangi efek perubahan temperature.
e. Karakteristik gas (fumes characteristics)
Detonasi bahan peledak akan menghasilkan fume, yaitu gas-gas, baik yang tidak beracun (non-toxic) maupun yang mengandung racun (toxic). Gas-gas hasil peledakan yang tidak beracun seperti uap air (H2O), karbondioksida (CO2), dan nitrogen (N2), sedangkan yang beracun adalah nitrogen monoksida (NO), nitrogen oksida (NO2),
dan karbon monoksida (CO). Pada peledakan di tambang bawah tanah
gas-gas tersebut perlu mendapat perhatian khusus, yaitu dengan sistem
ventilasi yang memadai; sedangkan di tambang terbuka kewaspadaan
ditingkat-kan bila gerakan angin yang rendah.
Diharapkan dari detonasi suatu bahan
peledak komersial tidak menghasilkan gas-gas beracun, namun kenyataan di
lapangan hal tersebut sulit dihindari akibat beberapa faktor berikut
ini:
(1) pencampuran ramuan bahan peledak yang meliputi unsur oksida dan bahan bakar (fuel) tidak seimbang, sehingga tidak mencapai zero oxygen balance,
(2) letak primer yang tidak tepat,
(3) kurang tertutup karena pemasangan stemming kurang padat dan kuat,
(4) adanya air dalam lubang ledak,
(5) sistem waktu tunda (delay time system) tidak tepat, dan
(6) kemungkinan adanya reaksi antara bahan peledak dengan batuan (sulfida atau karbonat).
Fumes hasil peledakan
memperlihatkan warna yang berbeda yang dapat dilihat sesaat setelah
peledakan terjadi. Gas berwarna coklat-orange adalah fume dari gas NO
hasil reaksi bahan peledak basah karena lubang ledak berair. Gas
berwarna putih diduga kabut dari uap air (H2O) yang juga
menandakan terlalu banyak air di dalam lubang ledak, karena panas yang
luar biasa merubah seketika fase cair menjadi kabut. Kadang-kadang
muncul pula gas berwarna kehitaman yang mungkin hasil pembakaran yang
tidak sempurna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar