Banyak kota-kota didunia dilanda oleh
permasalahan lingkungan,paling tidak adalah semakin
memburuknya kualitas udara.terpapar oleh
polusi udara saat
ini merupakan bagian
yang tidak terpisahkan
dari kehidupan kota-kota
seluruh dunia.Informasi yang
ada menunjukkan bahwa
pedoman kualitas udara
dari WHO secara
teratur telah disebar
diberbagai kota, bahkan
di beberapa tempat
tersebar luas. (Yusad, 2003). Menurut
hasil studi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang bekerjasama dengan
Forchungszentrum Julich Jerman, pada tahun 1991 luas kawasan kritis polusi
udara di Pulau Jawa sudah mencapai 7.800 km2, meliputi seluruh kota besar, kota
sedang dan sebagian kota kecil. Untuk tahun 2001, luas kawasan mencapai 17.300
km2, tahun 2011 diperkirakan mencapai 30.500 km2 dan tahun 2021 diperkirakan
mencapai 50.600 km2 (lebih luas dari Propinsi DKI Jakarta, Banten dan Jawa
Barat).
Angka yang didapat dari kota-kota yang
sedang berkembang dan umumnya banyak
diantara mereka tidak ada ukuran
pengontrol polusi, kemungkinan
akan
terjadi pencemaran bagi
buruh,dan kualitas hidup
sebagian besar penduduk
kota akan semakin memburuk.
Walaupun beberapa kemajuan
talah dicapai dalam pengendalian polusi
udara dinegara-negara Industri
lebih dari dua
dekade terakhir ini,
Kualitas udara terutama
sekali dikota-kota besar
negara sedang berkembang lebih buruk.
Sejak
tahun 1974, World
Health Organization (WHO) telah
bekerja sama dengan Global
Environment Monitoring System
(GEMS) bagian udara
yang mengoperasikan jaringan pengontrol udara diperkotaan. GEMS
menjalankan jaringannya keseluruh
dunia untuk mengontrol
kualitas udara dan air, dibantu
oleh WHO dan United Nation Environment Programme (UNEP). Baru-baru ini
komisi kesehatan dan
lingkungan WHO yang
telah merampungkan tugasnya, mengidentifikasi polusi
udara diperkotaan sebagai
masalah pokok kesehatan
lingkungan yang patut mendapatkan prioritas utama untuk diatasi.
Pusat
koordinasi untuk GEMS
didirikan dibawah UNEP
pada tahun 1975.
Berdasarkan data - data dari GEMS bagian udara dan informasi
tambahan,WHO dan UNEP menerbitkan dua cara penilaian kualitas udara perkotaan
diseluruh dunia tahun 1980 yaitu :
Polusi Udara Perkotaan
tahun 1973-1980 pada
1984 dan penilaian kualitas udara tahun 1989.
A.
Studi Tentang Kualitas Udara
Untuk
menilai problem polusi
udara perkotaan di kota-kota
metropolitan dunia, WHO dan UNEP
bekerjasama dengan GEMS-Air, memprakarsai sebuah
studi rinci tentang kualitas
udara 20 dikota
- kota besar
dunia. Guna mencapai
tujuan studi tersebut, kota-kota
besar didefenisikan sebagai kelompok kota dengan jumlah penduduk saat
ini atau proyeksi
sampai tahun 2000,
sebanyak ± 10
juta orang. Walaupun ada
20 kota-kota besar
memenuhi persyaratan tersebut,
karena kekurangan sumber-sumber data dan waktu yang dibutuhkan, maka
hanya 20 kota yang diteliti, Dakka,
Lagos, Teheran dan
Osaka tidak termasuk, karena
kondisinya sama dengan Tokyo.
Kelompok kota-kota yang terpilih itu
adalah : 3 kota di Amerika Utara, 3 kota di Amerika Selatan, sebuah kota di
Afrika, 11 kota di Asia dan 2 kota di Eropa. Kota-kota tersebut adalah : Buenos
Aires di Argentina, Sao Paulo Raya, dan Rio de janero di Brazilia, Meksiko di
Meksiko ; Beijing dan Sanghai di Cina,
Kairo de Raya di Mesir, Kalkuta, New Delhi
dan Bombay Raya
di India, Karaci
di Pakistan, Jakarta
di Indonesia, Tokyo di Jepang, Manila di Filipina, Bangkok di Thailand,
Seoul di Korea, Moskow di Rusia,
London di Britania
Raya, Los Angeles
dan New York
di Amerika Serikat. Alasan utama
dalam memilih kota-kota besar ini adalah, karena kota-kota ini:
1. Mempunyai masalah pencemaran paling serius
2. Mempunyai wilayah daratan yang luas dengan jumlah penduduk yang besar,
dimana jumlah keseluruhan
penduduk di 20
kota-kota ini tahun
1990 kira-kira mencapai 234 juta
orang.
3. Bakal banyak kota-kota
lainnya yang sedang
meningkat statusnya sebagai kota metropolitan, point terakhir ini
merupakan hal yang penting.
Sebuah
tinjauan masalah polusi
udara dikota-kota besar
dan kesukaran mengidentifikasi
serta mencari pemecahan masalahnya merupakan peringatan bagi kota-kota yang
sedang berkembang pesat
lainnya. Juga dapat
sebagai pedoman untuk mengatasi dan mencegah sebagian masalah
tersebut. Untuk menghimpun data-data
global polusi udara
dikota-kota besar sangat
sulit, karena
1. Informasi tentang zat-zat
pencemaran dan kesehatan
mereka sering tidak
ada, tidak lengkap atau sudah usang.
2. Adanya perbedaan dalam metodologi dan laporan antar negara, dalam
negara yang sama dan dikota-kota.
3. Kekurangan data yang
dipakai, termasuk yang tidak
mewakili persoalan dibandingkan,dan dicatat dimana yang perlu.
Sungguhpun demikian, data-data dan
analisa yang dipersiapkan merupakan gambaran
yang luas dan
keabsahan pertama dari
keadaan polusi udara
serta kecenderungannya dikota-kota besar.
B. Pengertian tentang Polusi Udara Perkotaan
Masalah
pencemaran udara dikota-kota
besar, sangat dipengaruhi
dan berbeda oleh berbagai faktor
yaitu: tofografi, kependudukan, iklim dan cuaca serta tingkat atau
angka perkembangan sosio
ekonomi dan industrialisasi. Masalah-masalah ini akan meningkat
keadaannya, jika jumlah penduduk perkotaan semakin meningkat yang mengakibatkan
jumlah penduduk yang terpapar polusi
udara juga meningkat.
Perkiraan-perkiraan PBB menunjukkan
sampai tahun 2000 sekitar 47 persen
dari jumlah keseluruhan populasi
akan tinggal didaerah perkotaan. Pada tahun1990, 60 kota-kota
didunia mempunyai jumlah
penduduk ± 3
juta orang dan
pada tahun 2000 diproyeksikan 85
kota-kota akan termasuk jenis katagori ini.
C. Sumber-sumber polusi udara
Pertumbuhan polusi
kota dan tingakt
industrialisasi yang tak
terhindar, akan mengarah kepada
kebutuhan enegi yang
lebih besar, pada
umumnya akan menghasilkan
pembuabuangan limbah atau
zat pencemar lebih
banyak.pembakaran bahan bakar
posil untuk pemanasan rumahtangga untuk pembangkit tenaga listrik, kendaraan
bermotor, dalam proses-proses industri dan pembuangan limbah padat
dengan pembakaran merupakan
sumber utama dari pembuangan
limbah zat-zat pencemar didaerah
perkotaan.
Zat-zat pencemar udara yang paling sering
dijumpai dilingkungan perkotaan adalah:
SO2, NO dan NO2, CO, O3, SPM (Suspended Particulate
Matter) dan Pb. SO2 berperan
dalam terjadinya hujan
asam dan polusi
partikel sulfat aerosol. NO2
berperan terhadap polusi partikel dan deposit asam dan prekusor ozon yang
merupakan unsur pokok dari kabut fotokimia. Asap dan debu termasuk polusi
partikel. Ozon, CO,
SPM, dan Pb
seluruhnya telah dibuktikan
memberi pengaruh yang merugikan
kesehatan manusia. Pembakaran bahan bakar fosil di sumber-sumber yang menetap,
mengarah terbentuknya produksi SO2, NO
dan NO2 serta
Pb, sedangkan masing-masing berminyak solar
jelas terbukti menghasilkan
sejumlah partikel dan SO2
sebagai tambahan dari NO dan NO2.
Ozon
merupakan suatu fotokimia
oksidan secara tidak
langsung dihasilkan dari sumber-sumber
pembakaran, dibentuk dibagian
bawah atmosfir, dari
NO dan komponen-komponen organik
yang mudah menguap (VOCs= Volatile
Organic Compounds) atau Hidrokarbon-hidrokarbon reaktif dengan adanya
sinar matahari. VOCs dihasilkan dari
keaneka ragaman sumber-sumber
buatan manusia termasuk lalu
lintas jalan raya, produksi dan pemakaian zat-zat kimia organik seperti
bahan-bahan pelarut, transport dan pemakaian crude oil, pemakaian dan
distribusi gas alam, tempat pembuangan limbah dan pabrik-pabrik limbah cair.
Walaupun
penemuan-penemuan pembuangan limbah
cair secara rinci
tidak tersedia luas bagi
kota-kota itu sendiri. Berdasarkan observasi nasional dan adanya peningkatan registrasi kendaraan bermotor
akhir-akhir ini, dapat disimpulkan bahwa kendaran bermotor merupakan sumber
utama dari zat-zat pencemar udara terutama CO, NO, dan NO2, SPM
dimayoritas dikota-kota besar dinegara industri.
Sebaiknya dikota-kota
negara berkembang menunjukkan
variasi sumber polusi udara yang
lebih besar. Kontribusi relatif dari mobil dan sumber-sumber yang bergerak atau
menetap terhadap emisi
- emisi polutan
udara berbeda nyata
di antara kota-kota, tergantung
dari tingkat motorisasi, kepadatan,tipe industri yang ada. Kontribusi dari
kendaraan bermotor lebih sedikit dikota-kota dengan tingkat motorisasi rendah
seperti: di Afrika dan kota-kota terletak didaerah yang suhu dingin
(tergantung pada bahan
bakar batu bara
atau biomosa untuk
pemanas ruangan) Cina, Eropa Timur.
Suatu hal yang perlu diperhatikan pada
beberapa negara berkembang adalah
cenderung banyaknya kendaraan
bermotor tua dan
tak terawat sehingga
jelas merupakan suatu faktor yang menunjukkan kendaraan tersebut adalah
sumber zat-zat pencemar. Banyaknya jumlah kendaraan bermotor didunia saat ini
dipusatkan kedalam kelompok ekonomi pendapatan
tinggi dunia. Pada
tahun 1988, negara-negara OECD (Organization
for Economic Cooperation
and Development) mencatat
bahwa dari 80% jenis-jenis mobil
didunia: 70%nya adalah jenis truk dan bus-bus , >50% merupakan kendaraan
beroda dua dan tiga.
Sejak tahun 1950; armada kendaraan secara
global telah meningkat 10% kali
lipat dan diperkirakan menjadi dua kali lipat dalam tempo 20 -30 Tahun
mendatang, dari sekarang berjumlah 630 juta buah. Angka pertambahan jumlah
kendraan dunia diproyeksikan
melampaui kedua jumlah
total produksi dan
populasi diperkotaan.
Peranan kendaraan bermotor
terhadap pertambahan polusi
menjadi meningkat di negara-negara yang
sedang berkembang. Jika
tidak dilakukan pengawasan
yang ketat terhadap zat-zat pencemar yang berkaitan dengan lalu lintas,
sudah pasti akan memperburuk kondisi
udara daerah ini.
Sebagai
tambah zat-zat pencemar
udara yang lebih
tradisionil yang lebih
umum, sejumlah besar
racun dan zat
kimia dideteksi telah
meningkat jumlahnya diudara
perkotaan, walaupun dengan konsentrasi rendah. Contohnya :
q Logam-logam berat pilihan (Berilium, Cadnium, Merkuri)
q Sedikit zat-zat organik (Benzene, Polychlorodi benzo-dioxid,
Furan,Formaldehide, Vinychloride, Polyaromatic hidrokarbon)
q Radionucleids seperti ; radon
q Fibers; Asbes
Bahan-bahan kimia
tersebut dikeluarkan dari
bermacam-macam sumber seperti pembakaran sampah,
pabrik-pabrik pengelolah limbah,
proses-proses industri dan manufaktur, dry cleaning,
bahan-bahan bangunan, dan kendaraan bermotor. Walaupun emisi-emisi
zat kimia ini
umumnya lebih rendah
kadarnya dibandingkan zat pencemar
tradisionil, namun jelas
polutan ini memberi
resiko terhadap kesehatan sehubungan dengan daya racun mereka yang
sangat tinggi atau bersifat karsinogenik bahkan bisa keduanya. Zat-zat polutan
ini lebih sering
dianalisa karena rendahnya
konsentrasi mereka diudara, juga
karena pengawasan yang sangat kurang. Untuk itu dilakukan pengawasan secara
otomatis.
D. Distribusi dan Transportasi
Dua hal yang sangat mempengaruhi
panyebaran dan transportasi dari zat-zat
pencemar udara, yakni iklim dan cuaca, serta letak topografi daerah yang
dikaitkan dengan penyebaran penduduk. Iklim-iklim dikota besar berbeda dengan
benua yang lebih dingin dan lembab (seperti di Beijing yang sangat dingin),
dibandingkan dengan daerah yang di Gurun (Kairo) atau tropical dengan
temperatur sedang dan kelembaban tinggi (Bangkok). Akibat beratnya
musim dingin, dapat
menentukan jumlah pemanasan
yang dibutuhkan penduduk sehingga
meningkatkan emisi-emisi polutan,
seperti SO2
diwaktu musim dingin.
Pada kota-kota dengan
temperatur sedang, beban
polusi cenderung disebarkan secara merata sepanjang tahun. Thermal
inversion (pembalikan suhu) merupakan masalah khusus bagi kota- kota dengan
iklim panas dan
dingin.
Dalam
keadaan penyebaran normal,
gas-gas pencemar yang panas akan timbul disaat mereka datang dan kontak
dengan masa udara yang dingin, pada
ketinggian yang lebih tinggi. Bagaimanapun lingkaran-lingkaran tertentu, suhu
udara lebih meningkat jauh dan membentuk suatu lapisan inversi beberapa puluh
atau ratus meter diatas tanah. Lapisan ini akan merangkap polutan-polutan yang
dekat sumber-sumber emisi dan berperan
sebagai pelindung panas,
memperlambat penyebarannya. Kondisi-ondisi seperti ini
akan menjadi permasalahan
jika kecepatan angin
rendah. Keadaan isotermal adalah
suatu keadaan yang
dijumpai bila tidak
ada perubahan dalam temperatur didaerah
ketinggian, sehingga mempunyai
pengaruh yang sama. Fenomena iklim
dan cuaca lain
yang sangat mempengaruhi
kualitas udara adalah heat
urban island yaitu
panas yang dihasilkan
oleh sebuah kota
mengakibatkan meningkatnya suhu udara, sehingga terjadi penarikan suhu
lebih dingin kedalam dan kemungkinan udaranya lebih tercemar dari daerah-daerah
industri sekitarnya. Sebaiknya pada kota-kota
yang bersuhu lebih
tinggi, yang terkena
sinar matahari dengan kepadatan
lalu lintas yang tinggi, cenderung mudah terbentuknya jaringan ozon dan
fotokimia oksidan lain dari emisi-emisi polutan.
Letak
tofografi kota-kota besar
juga dapat mempengaruhi
sifat penyebaran dan transport zat-zat polutan, contohnya sbb
:
1. Beijing, Kairo, New
Delhi dan Moskow
mempunyai tingkat tofografi
relatif dan iklimnya tak dipengaruhi oleh molekul air .
2. Bangkok, bombay, Buenos aires, Calcutta, Jakarta, Karachi, London,
Manila, New York, Shanghai dan Tokyo
mempunyai tingkat tofografi yang relatif dan iklimnya dipengaruhi oleh molekul
air.
3. Los Angeles, Mexico
city, Rio de
janeiro, Sao paolo
dan Seoul mempunyai
tofografi beraneka ragam
dan suhunya dipengaruhi oleh
pegunungan disekitarnya.
Keberadaan
yang jelas dari
suatu badan air/molekul
dapat mempengaruhi iklim mikro dan arah angin pantai siang dan
malam hari. Bukit-bukit yang mengitari kota-kota sering
berfungsi sebagai penghalang
hembusan angin, perangkap
polusi yang dekat kekota.
Pada kota-kota yang
dikitari oleh pegungungan
tinggi, seperti Los Angeles
dan Mexico City,
zat-zat polutan mungkin
akan terperangkap dalam udara
selama beberapa hari.
Daerah pegunungan juga
berfungsi sebagai penghambat
transportasi polusi udara di kota-kota besar.
Pada kota-kota dengan bangunan berstruktur tinggi penyebaran emisi
polutan akibat angin besar
lebih rendah (The
Canyon Effect), karena
terhalang oleh bangunan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar