Selamat Datang di Blog Saya - Semoga Artikel yang Saya Postingkan Bermanfaat bagi semua

Rabu, 01 Mei 2013

Polusi Udara di Kota Besar


Banyak kota-kota didunia dilanda oleh permasalahan lingkungan,paling tidak adalah  semakin  memburuknya  kualitas  udara.terpapar  oleh  polusi  udara  saat  ini  merupakan   bagian   yang   tidak   terpisahkan   dari   kehidupan   kota-kota   seluruh  dunia.Informasi  yang  ada  menunjukkan  bahwa  pedoman  kualitas  udara  dari  WHO  secara  teratur  telah  disebar  diberbagai  kota,  bahkan  di  beberapa  tempat  tersebar luas. (Yusad, 2003). Menurut  hasil studi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi  (BPPT) yang bekerjasama dengan Forchungszentrum Julich Jerman, pada tahun 1991 luas kawasan kritis polusi udara di Pulau Jawa sudah mencapai 7.800 km2, meliputi seluruh kota besar, kota sedang dan sebagian kota kecil. Untuk tahun 2001, luas kawasan mencapai 17.300 km2, tahun 2011 diperkirakan mencapai 30.500 km2 dan tahun 2021 diperkirakan mencapai 50.600 km2 (lebih luas dari Propinsi DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat).
Angka yang didapat dari kota-kota yang sedang berkembang dan umumnya banyak  diantara  mereka  tidak  ada  ukuran  pengontrol  polusi,  kemungkinan  akan
terjadi  pencemaran  bagi  buruh,dan  kualitas  hidup  sebagian  besar  penduduk  kota akan   semakin   memburuk.   Walaupun   beberapa   kemajuan   talah   dicapai   dalam pengendalian  polusi  udara  dinegara-negara  Industri  lebih  dari  dua  dekade terakhir ini,  Kualitas  udara  terutama  sekali  dikota-kota  besar  negara  sedang  berkembang lebih buruk.
Sejak  tahun  1974,  World  Health  Organization  (WHO) telah  bekerja  sama dengan   Global   Environment   Monitoring   System   (GEMS)   bagian   udara   yang mengoperasikan jaringan pengontrol udara diperkotaan.  GEMS  menjalankan  jaringannya  keseluruh  dunia  untuk  mengontrol  kualitas  udara dan air, dibantu oleh WHO dan United Nation Environment Programme (UNEP). Baru-baru  ini  komisi  kesehatan  dan  lingkungan  WHO  yang  telah  merampungkan tugasnya,   mengidentifikasi   polusi   udara   diperkotaan   sebagai   masalah   pokok kesehatan lingkungan yang patut mendapatkan prioritas utama untuk diatasi.
Pusat  koordinasi  untuk  GEMS  didirikan  dibawah  UNEP  pada  tahun  1975.  Berdasarkan data - data dari GEMS bagian udara dan informasi tambahan,WHO dan UNEP menerbitkan dua cara penilaian kualitas udara perkotaan diseluruh dunia tahun 1980  yaitu  :  Polusi  Udara  Perkotaan  tahun  1973-1980  pada  1984  dan  penilaian kualitas udara tahun 1989.

A. Studi Tentang Kualitas Udara
Untuk  menilai   problem  polusi   udara  perkotaan  di kota-kota  metropolitan dunia, WHO  dan  UNEP  bekerjasama  dengan  GEMS-Air, memprakarsai  sebuah  studi rinci  tentang  kualitas  udara  20  dikota  -  kota  besar  dunia.  Guna  mencapai  tujuan  studi tersebut, kota-kota besar didefenisikan sebagai kelompok kota dengan jumlah penduduk  saat  ini  atau  proyeksi  sampai  tahun  2000,  sebanyak  ±  10  juta  orang. Walaupun   ada   20   kota-kota   besar   memenuhi   persyaratan   tersebut,   karena kekurangan sumber-sumber data dan waktu yang dibutuhkan, maka hanya 20 kota yang  diteliti,  Dakka,  Lagos,  Teheran  dan  Osaka  tidak termasuk, karena kondisinya sama dengan Tokyo.
Kelompok kota-kota yang terpilih itu adalah : 3 kota di Amerika Utara, 3 kota di Amerika Selatan, sebuah kota di Afrika, 11 kota di Asia dan 2 kota di Eropa. Kota-kota tersebut adalah : Buenos Aires di Argentina, Sao Paulo Raya, dan Rio de janero di Brazilia, Meksiko di Meksiko ; Beijing dan Sanghai  di Cina, Kairo de Raya di Mesir, Kalkuta,  New  Delhi  dan  Bombay  Raya  di  India,  Karaci  di  Pakistan,  Jakarta  di Indonesia, Tokyo di Jepang, Manila di Filipina, Bangkok di Thailand, Seoul di Korea, Moskow  di  Rusia,  London  di  Britania  Raya,  Los  Angeles  dan  New  York  di  Amerika Serikat. Alasan utama dalam memilih kota-kota besar ini adalah, karena kota-kota ini:
1.    Mempunyai masalah pencemaran paling serius
2.    Mempunyai wilayah daratan yang luas dengan jumlah penduduk yang besar, dimana  jumlah  keseluruhan  penduduk  di  20  kota-kota  ini  tahun  1990  kira-kira mencapai 234 juta orang.
3.    Bakal  banyak  kota-kota  lainnya  yang  sedang  meningkat  statusnya  sebagai kota metropolitan, point terakhir ini merupakan hal yang penting.
Sebuah  tinjauan  masalah  polusi  udara  dikota-kota  besar  dan  kesukaran mengidentifikasi serta mencari pemecahan masalahnya merupakan peringatan bagi kota-kota  yang  sedang  berkembang   pesat  lainnya.  Juga  dapat  sebagai  pedoman  untuk mengatasi dan mencegah sebagian masalah tersebut. Untuk  menghimpun  data-data  global  polusi  udara  dikota-kota  besar  sangat  sulit, karena
1.    Informasi  tentang  zat-zat  pencemaran  dan  kesehatan  mereka  sering  tidak  ada, tidak lengkap atau sudah usang.
2.    Adanya perbedaan dalam metodologi dan laporan antar negara, dalam negara  yang sama dan dikota-kota.
3.    Kekurangan  data  yang  dipakai,  termasuk  yang  tidak  mewakili  persoalan  dibandingkan,dan dicatat dimana yang perlu.

Sungguhpun demikian, data-data dan analisa yang dipersiapkan merupakan gambaran  yang  luas  dan  keabsahan  pertama  dari  keadaan  polusi  udara  serta kecenderungannya dikota-kota besar.

B. Pengertian tentang Polusi Udara Perkotaan
Masalah   pencemaran   udara   dikota-kota   besar,   sangat   dipengaruhi   dan  berbeda oleh berbagai faktor yaitu: tofografi, kependudukan, iklim dan cuaca serta tingkat  atau  angka  perkembangan  sosio  ekonomi  dan  industrialisasi.  Masalah-masalah ini akan meningkat keadaannya, jika jumlah penduduk perkotaan semakin meningkat yang mengakibatkan jumlah penduduk yang terpapar polusi  udara juga meningkat.  Perkiraan-perkiraan  PBB  menunjukkan  sampai  tahun  2000 sekitar 47  persen  dari  jumlah keseluruhan populasi akan tinggal didaerah perkotaan. Pada tahun1990, 60  kota-kota  didunia  mempunyai  jumlah  penduduk  ±  3  juta   orang  dan  pada  tahun 2000 diproyeksikan 85 kota-kota akan termasuk jenis katagori ini.

C. Sumber-sumber polusi udara
Pertumbuhan  polusi  kota  dan  tingakt  industrialisasi  yang  tak  terhindar, akan  mengarah  kepada  kebutuhan  enegi  yang  lebih  besar,  pada  umumnya  akan  menghasilkan  pembuabuangan  limbah atau zat  pencemar  lebih  banyak.pembakaran  bahan bakar posil untuk pemanasan rumahtangga untuk pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor, dalam proses-proses industri dan pembuangan   limbah padat  dengan  pembakaran  merupakan  sumber  utama  dari  pembuangan  limbah  zat-zat pencemar didaerah perkotaan. 
Zat-zat pencemar udara yang paling sering dijumpai dilingkungan perkotaan adalah:  SO2,  NO  dan  NO2,  CO,  O3,  SPM (Suspended  Particulate  Matter)  dan Pb.  SO2  berperan  dalam  terjadinya  hujan  asam  dan  polusi  partikel  sulfat aerosol. NO2 berperan terhadap polusi partikel dan deposit asam dan prekusor ozon yang merupakan unsur pokok dari kabut fotokimia. Asap dan debu termasuk polusi partikel.  Ozon,  CO,  SPM,  dan  Pb  seluruhnya  telah  dibuktikan  memberi  pengaruh yang merugikan kesehatan manusia. Pembakaran bahan bakar fosil di sumber-sumber yang menetap, mengarah terbentuknya  produksi  SO2,  NO  dan  NO2  serta  Pb,  sedangkan  masing-masing berminyak  solar  jelas  terbukti  menghasilkan  sejumlah  partikel  dan  SO2  sebagai tambahan dari NO dan NO2.
Ozon  merupakan  suatu  fotokimia  oksidan  secara  tidak  langsung  dihasilkan dari  sumber-sumber  pembakaran,  dibentuk  dibagian  bawah  atmosfir,  dari  NO  dan  komponen-komponen   organik   yang   mudah   menguap (VOCs=   Volatile   Organic Compounds) atau Hidrokarbon-hidrokarbon reaktif dengan adanya sinar matahari. VOCs  dihasilkan  dari  keaneka  ragaman  sumber-sumber  buatan  manusia termasuk lalu lintas jalan raya, produksi dan pemakaian zat-zat kimia organik seperti bahan-bahan pelarut, transport dan pemakaian crude oil, pemakaian dan distribusi gas alam, tempat pembuangan limbah dan pabrik-pabrik limbah cair.
Walaupun  penemuan-penemuan  pembuangan  limbah  cair  secara  rinci  tidak  tersedia luas bagi kota-kota itu sendiri. Berdasarkan observasi nasional dan adanya  peningkatan registrasi kendaraan bermotor akhir-akhir ini, dapat disimpulkan bahwa kendaran bermotor merupakan sumber utama dari zat-zat pencemar udara terutama CO, NO, dan NO2, SPM dimayoritas dikota-kota besar dinegara industri.
Sebaiknya   dikota-kota  negara  berkembang  menunjukkan  variasi   sumber polusi udara yang lebih besar. Kontribusi relatif dari mobil dan sumber-sumber yang bergerak  atau  menetap  terhadap  emisi  -  emisi  polutan  udara  berbeda  nyata  di antara  kota-kota, tergantung dari tingkat motorisasi, kepadatan,tipe industri yang ada. Kontribusi  dari  kendaraan bermotor lebih sedikit dikota-kota dengan tingkat motorisasi rendah seperti: di Afrika dan kota-kota terletak didaerah yang suhu dingin (tergantung  pada  bahan  bakar  batu  bara  atau  biomosa  untuk  pemanas  ruangan)  Cina, Eropa Timur.
Suatu hal yang perlu diperhatikan pada beberapa negara berkembang adalah
cenderung  banyaknya  kendaraan  bermotor  tua  dan  tak  terawat  sehingga  jelas merupakan suatu faktor yang menunjukkan kendaraan tersebut adalah sumber zat-zat pencemar. Banyaknya jumlah kendaraan bermotor didunia saat ini dipusatkan kedalam kelompok  ekonomi  pendapatan  tinggi    dunia.  Pada  tahun  1988,  negara-negara OECD  (Organization  for  Economic  Cooperation  and  Development)  mencatat  bahwa  dari 80% jenis-jenis mobil didunia: 70%nya adalah jenis truk dan bus-bus , >50% merupakan kendaraan beroda dua dan tiga.
Sejak tahun 1950; armada kendaraan secara global telah meningkat 10% kali
lipat dan diperkirakan menjadi dua kali lipat dalam tempo 20 -30 Tahun mendatang, dari sekarang berjumlah 630 juta buah. Angka pertambahan jumlah kendraan dunia diproyeksikan  melampaui  kedua  jumlah  total  produksi  dan  populasi  diperkotaan. Peranan  kendaraan  bermotor  terhadap  pertambahan  polusi  menjadi  meningkat  di negara-negara  yang  sedang  berkembang.  Jika  tidak  dilakukan  pengawasan  yang ketat terhadap zat-zat pencemar yang berkaitan dengan lalu lintas, sudah pasti akan  memperburuk kondisi udara daerah ini.
Sebagai  tambah  zat-zat  pencemar  udara  yang  lebih  tradisionil   yang lebih umum,  sejumlah  besar  racun  dan  zat  kimia  dideteksi  telah  meningkat  jumlahnya diudara perkotaan, walaupun dengan konsentrasi rendah. Contohnya :
q  Logam-logam berat pilihan (Berilium, Cadnium, Merkuri)
q  Sedikit zat-zat organik (Benzene, Polychlorodi benzo-dioxid, Furan,Formaldehide, Vinychloride, Polyaromatic hidrokarbon)
q  Radionucleids seperti ; radon
q  Fibers; Asbes
Bahan-bahan  kimia  tersebut  dikeluarkan  dari  bermacam-macam  sumber  seperti pembakaran  sampah,  pabrik-pabrik  pengelolah  limbah,  proses-proses  industri  dan manufaktur, dry cleaning, bahan-bahan bangunan, dan kendaraan bermotor. Walaupun   emisi-emisi   zat   kimia   ini   umumnya   lebih   rendah   kadarnya dibandingkan  zat  pencemar  tradisionil,  namun  jelas  polutan  ini  memberi  resiko terhadap kesehatan sehubungan dengan daya racun mereka yang sangat tinggi atau bersifat karsinogenik bahkan bisa keduanya. Zat-zat  polutan  ini  lebih  sering  dianalisa  karena  rendahnya  konsentrasi  mereka diudara, juga karena pengawasan yang sangat kurang. Untuk itu dilakukan pengawasan secara otomatis.

D.  Distribusi dan Transportasi
Dua hal yang sangat mempengaruhi panyebaran dan transportasi dari zat-zat
pencemar udara, yakni iklim dan cuaca, serta letak topografi daerah yang dikaitkan dengan penyebaran penduduk. Iklim-iklim dikota besar berbeda dengan benua yang lebih dingin dan lembab (seperti di Beijing yang sangat dingin), dibandingkan dengan daerah yang di Gurun (Kairo) atau tropical dengan temperatur sedang dan kelembaban tinggi (Bangkok). Akibat   beratnya   musim   dingin,   dapat   menentukan   jumlah   pemanasan   yang dibutuhkan  penduduk  sehingga  meningkatkan  emisi-emisi  polutan,  seperti  SO2 diwaktu  musim  dingin.  Pada  kota-kota  dengan  temperatur  sedang,  beban  polusi cenderung disebarkan secara merata sepanjang tahun. Thermal inversion (pembalikan suhu) merupakan masalah khusus bagi kota- kota  dengan  iklim  panas  dan  dingin. 
Dalam  keadaan  penyebaran  normal,  gas-gas pencemar yang panas akan timbul disaat mereka datang dan kontak dengan masa  udara yang dingin, pada ketinggian yang lebih tinggi. Bagaimanapun lingkaran-lingkaran tertentu, suhu udara lebih meningkat jauh dan membentuk suatu lapisan inversi beberapa puluh atau ratus meter diatas tanah. Lapisan ini akan merangkap polutan-polutan yang dekat sumber-sumber emisi dan berperan  sebagai  pelindung  panas,  memperlambat  penyebarannya.  Kondisi-ondisi seperti  ini  akan  menjadi  permasalahan  jika  kecepatan  angin  rendah. Keadaan  isotermal  adalah  suatu  keadaan  yang  dijumpai  bila  tidak  ada  perubahan  dalam temperatur   didaerah   ketinggian,   sehingga   mempunyai   pengaruh   yang   sama. Fenomena  iklim  dan  cuaca  lain  yang  sangat  mempengaruhi  kualitas  udara  adalah heat  urban  island  yaitu  panas  yang  dihasilkan  oleh  sebuah  kota  mengakibatkan meningkatnya suhu udara, sehingga terjadi penarikan suhu lebih dingin kedalam dan kemungkinan udaranya lebih tercemar dari daerah-daerah industri sekitarnya. Sebaiknya  pada  kota-kota  yang  bersuhu  lebih  tinggi,  yang  terkena  sinar  matahari dengan kepadatan lalu lintas yang tinggi, cenderung mudah terbentuknya jaringan ozon dan fotokimia oksidan lain dari emisi-emisi polutan.
Letak  tofografi  kota-kota  besar  juga  dapat  mempengaruhi  sifat  penyebaran  dan transport zat-zat polutan, contohnya sbb :
1.    Beijing,  Kairo,  New  Delhi  dan  Moskow  mempunyai  tingkat  tofografi  relatif  dan  iklimnya tak dipengaruhi oleh molekul air .
2.    Bangkok, bombay, Buenos aires, Calcutta, Jakarta, Karachi, London, Manila, New  York, Shanghai dan Tokyo mempunyai tingkat tofografi yang relatif dan iklimnya dipengaruhi oleh molekul air.
3.    Los  Angeles,  Mexico  city,  Rio  de  janeiro,  Sao  paolo  dan  Seoul  mempunyai  tofografi    beraneka    ragam    dan    suhunya    dipengaruhi    oleh    pegunungan disekitarnya.
Keberadaan  yang  jelas  dari  suatu  badan  air/molekul  dapat  mempengaruhi  iklim mikro dan arah angin pantai siang dan malam hari. Bukit-bukit yang mengitari kota-kota  sering  berfungsi  sebagai  penghalang  hembusan  angin,  perangkap  polusi yang  dekat  kekota.  Pada  kota-kota  yang  dikitari  oleh  pegungungan  tinggi,  seperti Los  Angeles  dan  Mexico  City,  zat-zat  polutan  mungkin  akan  terperangkap  dalam udara   selama   beberapa   hari.   Daerah   pegunungan   juga   berfungsi   sebagai penghambat transportasi polusi udara di kota-kota besar.  Pada kota-kota dengan bangunan berstruktur tinggi penyebaran emisi polutan akibat   angin   besar   lebih   rendah   (The   Canyon   Effect),   karena   terhalang   oleh  bangunan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Leobardus Ari Nugroho