Selamat Datang di Blog Saya - Semoga Artikel yang Saya Postingkan Bermanfaat bagi semua

Kamis, 11 April 2013

Akibat Konversi Hutan


Semula disangka, pembakaran hutan merupakan sumber utama N2O, tetapi akhir – akhir ini diketahui industri nylon memberikan sumbangan paling sedikit 10% dari kenaikan N2O dalam atmosfer. Industri nylon sebagian besar terdapat di Negara maju. (Semarwoto, 1992).
Metan yang berasal dari sawah banyak disumbangkan oleh Negara tropik. Tetapi metan dari ternak banyak pula yang berasal dari Negara maju, karena Negara maju mempunyai banyak peternakan dengan kualitas pakan yang baik yang menaikkan produksi metan per ekor ternak . Produksi metan dari kedua sumber ini dan sumber lain, misalnya rawa dan rayap, masih belum banyak diketahui. Di dalam atmosfer, metan mengalami perusakan oleh radikal OH. Penelitian menunjukkan, karena pencemaran udara oleh industri, deplesi radikal OH di belahan bumi utara dua kali lebih besar daripada di belahan bumi selatan. Dengan lain perkataan, di belahan bumi utara perusakan metan lebih kecil daripada di belahan bumi selatan.
Pemanasan global merupakan proses geobiokimia. Karena itu kita tidak dapat meninjaunya dalam jangka pendek, melainkan harus kita lihat dalam perspektif jangka panjang. Seperti telah diuraikan di muka, hutan merupakan salah satu endapan karbon yang penting. Luas hutan sebelum zaman pertanian dapatlah sebagai luas hutan asli di bumi. Pengurangan luas hutan di daerah nir-tropik dari zaman pra-pertanian sampai sekarang adalah 6,5 juta km2 dan di daerah tropik 0,5 juta km2. Sejak kira – kira 200 tahun yang lalu, luas hutan di benua Amerika Utara juga mengalami penyusutanyang besar sebagai akibat emigrasi orang Eropa ke Amerika Utara, sampai kini pun penebangan hutanmasih banyak tejadi di Amerika Utara. Di Amerika Utara dan Eropa sekitar 50 juta hectare dan ribuan danau rusak dan mati karna hujan asam. Walaupun di samping itu terjadi pula reboisasi jauh di bawah luas hutan yang punah dan rusak.Selain itu Negara barat pada zaman sebelum perang dunia II merupakan Negara penjajah,dan sebagai penjajah mereka telah banyak mengkorvensikan hutan topik untuk membuat perkebunan dan untuk menyediakan pangan bagi penduduk Negara penjajahannya yang merupakan tenaga kerja yang murah. Dengan demikian,baik di daerah nir-tropik maupun daerah tropik. Negara barat telah mengurangi secara besar-besaran luas hutan yang berfungsi sebagai endapan karbon.
Emisi karbon dari penebangan, pembakaran dan konversi hutan juga masih di liputi oleh ketidakpastian dalam estimasi biommasa hutan,kandungan karbon dalam biamassa dan beberapa banyak biommasa yang terbakar atau membusuk.Seperti telah di uraikan di muka,hutan tidak lah homogen.Biomassa hutan berbeda-berbeda dari jenis satu ke jenis yang lain dan biomassa itu di pengaruhi oleh factor iklim dan edatik.Demikian pula kandungan karbom dalam biomassa masing-masing jenis itu.pada waktu hutan hidup dan di tebang.sebagian dari biomassa tidak membusuk,melainkan ada yang terus hidup dan tumbuh kembali.Biomassa yang di bakarpun sebagian menjadi arang sehingga karbonnya tidak terlepas ke udara.Hingga kini belum ada model emisi karbon yang dapat memperkirakan semuanya itu dengan baik.
Perlu kiranya juga di catat, dalam banyak laporan, pembalakan di Negara sedang berkembang di anggap sebagai deforestasi dengan alas an tidak adanya atau kurangnya adanya rencana pengelolaan (management plan). Namun di Negara maju pun tidak semua pembalakan telah menggunakan rencana pengelolaan. Karena itu pembalakan juga telah menyebabkan kerusakan hutan yang besar di Negara maju. Majalah TIME pernah mengkritik  dengan tajam Kanada yang telah menyebabkan kerusakan hutan yang besar dengan pembalakannya. Oleh karena itu, sebenarnya yang diperlukan bukanlah Tropical Forestry Action Plan (TFAP) saja, melainkan seharusnya Global  Forestry Action Plan (GFAP). Negara sedang berkembang seyogyanya menuntut ini, karena keselamatan hutan nir-tropik juga penting bagi keselamatan seluruh umat manusia, termasuk umat manusia di daerah tropic. Negara maju tidak dapat menganggap hutan di daerah nir-tropik sebagai urusan mereka sendiri dan hutan di daerah tropic sebagai urusan global.
            Uraian di atas menunjukkan, Negara maju mempunyai sumbangan terbesar dalam kenaikan GRK dan terjadinya pemanasan global,sehingga merekalah yang pertama-tama harus bertanggung jawab atas terjadinya masalah ini.Mereka telah mengakui ini untuk CO2 dari perkembangan BBF dan CFC.Dalam hal CO2 dari hutan pun mereka harus bertanggung jawab lebih besar dari pada Negara tropic.demikian pula kenaikan GRK ozon,metan dan N2O,tanggung jawab mereka tidak kecil.Uraian ini tidak bermaksud untuk menumbuhkan sikap konfrontatif terhadap Negara barat dan mempersulit kerja sama internasional untuk mengatasi masalah yang pelik ini,melainkan untuk menundukan persoalan padaa dasar ilmiah yang lebih baik dan pada proporsi yang wajar. Dengan mendudukkan permasalahannya pada dasar ilmiah yang kokoh dan secara proporsional dapatlah di cari cara pemecahan masalah yang baik dan adil.Misalnya,dalam hal emisi CO2 dari pembakaran BBF,Negara sedang berkembang masih memerlukan meningkatkan konsumsi energinya untuk keperluan pembangunan.demiian pula pemanfaatan hutan,baik untuk pembalakn maupun untuk lahannya,masih sangat di perlukan.pengembangan sawah dan ternak kirannya harus lebih di tingkatkan.yang penting ialah bahwa usaha itu harus di lakukan dengan perinsip pembangunan terlanjutkan (sustainable development).Untuk mencapai tujuan ini merupakan keharusan adanya kesediaan Negara maju untuk memberikan teknologinya yang hemat energi kepada Negara berkembangan,sehingga kenaikan konsumsi energi tidak akan menaikan emisi CO2 secara berlebihan.maukah mereka melakukan hal ini?pengalaman menunjukan bahwa hal ini sangat di ragukan.
            Khususnya dalam bidang kehutanan perlulah di sadari bahwa pembalakan yang terlanjutkan tidaklah merugikan pemanasan global.Bahan awet yang di hasilkan dari kayu tetap menyimpan karbon di dalamnya sehingga sebenarnya pembalakan yang menghasilkan barang awet malahan berguna mengurangi kadar karbon dalam atmosfer.
            Apabila hutan alam dikonversikan menjadi hutan tanaman industri (HTI) dengan jenis pohon yang tumbuh cepat,karbon yang tersimpan dalam HTI pada kondisi stedy state akan lebih kecil dari pada karbon yang tersimpan dalam hutan alam.Oleh karena itu cara ini merugikan dari segi pemanasan global.Akan tetapi jika HTI itu di bangun dari hutan belukar dan dari padang rumput,kandungan karbon dari HTI pada kandisi stedy state akan lebih tinggi dari pada hutan belukar dan padang rumput sehingga menguntungkan dari segi penangkalan pemanasan global.Lebih menguntungkan lagi ialah apabila reboisasi itu di lakukan untuk mereha bilitasi hutan alam yang telah rusak.
            Usaha kita untuk mengembangkan pemanfaatan hutan secara terlanjutkan haruslah di tingkatkan npengawasan pada HPH haruslah di perketat, antara lain dengan pengembangan pemantauan hutan dengan penginderaan jauh Landsat, SPOT, pemotretan udara dan penginderaan jauh dengan radar untuk mengatasi masalah penutupan awan. Citra satelit dan potret udara dapat juga dipakai sebagai bahan bukti di pengadilan, jika hal itu diperlukan. Di samping itu para HPH juga dituntut untuk meningkatkan peransertanya dalam pengawasan dengan saling mengawasi.
            Perlu kiranya ditekankan kewajiban pembangunan terlanjutkan hutan tidak berlaku bagi Negara sedang berkembang saja, melainkan untuk memecahkan masalah pemanasan global Negara maju pun harus melakukannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Leobardus Ari Nugroho