Semula disangka, pembakaran hutan merupakan sumber
utama N2O, tetapi akhir – akhir ini diketahui industri nylon
memberikan sumbangan paling sedikit 10% dari kenaikan N2O dalam
atmosfer. Industri nylon sebagian besar terdapat di Negara maju. (Semarwoto,
1992).
Metan yang berasal dari sawah banyak disumbangkan
oleh Negara tropik. Tetapi metan dari ternak banyak pula yang berasal dari
Negara maju, karena Negara maju mempunyai banyak peternakan dengan kualitas
pakan yang baik yang menaikkan produksi metan per ekor ternak . Produksi metan
dari kedua sumber ini dan sumber lain, misalnya rawa dan rayap, masih belum
banyak diketahui. Di dalam atmosfer, metan mengalami perusakan oleh radikal OH.
Penelitian menunjukkan, karena pencemaran udara oleh industri, deplesi radikal
OH di belahan bumi utara dua kali lebih besar daripada di belahan bumi selatan.
Dengan lain perkataan, di belahan bumi utara perusakan metan lebih kecil
daripada di belahan bumi selatan.
Pemanasan global merupakan proses geobiokimia. Karena
itu kita tidak dapat meninjaunya dalam jangka pendek, melainkan harus kita
lihat dalam perspektif jangka panjang. Seperti telah diuraikan di muka, hutan
merupakan salah satu endapan karbon yang penting. Luas hutan sebelum zaman
pertanian dapatlah sebagai luas hutan asli di bumi. Pengurangan luas hutan di
daerah nir-tropik dari zaman pra-pertanian sampai sekarang adalah 6,5 juta km2
dan di daerah tropik 0,5 juta km2. Sejak kira – kira 200 tahun yang lalu, luas
hutan di benua Amerika Utara juga mengalami penyusutanyang besar sebagai akibat
emigrasi orang Eropa ke Amerika Utara, sampai kini pun penebangan hutanmasih
banyak tejadi di Amerika Utara. Di Amerika Utara dan Eropa sekitar 50 juta
hectare dan ribuan danau rusak dan mati karna hujan asam. Walaupun di samping
itu terjadi pula reboisasi jauh di bawah luas hutan yang punah dan rusak.Selain
itu Negara barat pada zaman sebelum perang dunia II merupakan Negara
penjajah,dan sebagai penjajah mereka telah banyak mengkorvensikan hutan topik
untuk membuat perkebunan dan untuk menyediakan pangan bagi penduduk Negara
penjajahannya yang merupakan tenaga kerja yang murah. Dengan demikian,baik di
daerah nir-tropik maupun daerah tropik. Negara barat telah mengurangi secara
besar-besaran luas hutan yang berfungsi sebagai endapan karbon.
Emisi karbon dari penebangan, pembakaran dan
konversi hutan juga masih di liputi oleh ketidakpastian dalam estimasi biommasa
hutan,kandungan karbon dalam biamassa dan beberapa banyak biommasa yang
terbakar atau membusuk.Seperti telah di uraikan di muka,hutan tidak lah
homogen.Biomassa hutan berbeda-berbeda dari jenis satu ke jenis yang lain dan
biomassa itu di pengaruhi oleh factor iklim dan edatik.Demikian pula kandungan
karbom dalam biomassa masing-masing jenis itu.pada waktu hutan hidup dan di
tebang.sebagian dari biomassa tidak membusuk,melainkan ada yang terus hidup dan
tumbuh kembali.Biomassa yang di bakarpun sebagian menjadi arang sehingga
karbonnya tidak terlepas ke udara.Hingga kini belum ada model emisi karbon yang
dapat memperkirakan semuanya itu dengan baik.
Perlu kiranya juga di catat, dalam banyak laporan,
pembalakan di Negara sedang berkembang di anggap sebagai deforestasi dengan
alas an tidak adanya atau kurangnya adanya rencana pengelolaan (management
plan). Namun di Negara maju pun tidak semua pembalakan telah menggunakan
rencana pengelolaan. Karena itu pembalakan juga telah menyebabkan kerusakan
hutan yang besar di Negara maju. Majalah TIME pernah mengkritik dengan tajam Kanada yang telah menyebabkan
kerusakan hutan yang besar dengan pembalakannya. Oleh karena itu, sebenarnya
yang diperlukan bukanlah Tropical Forestry Action Plan (TFAP) saja, melainkan
seharusnya Global Forestry Action Plan
(GFAP). Negara sedang berkembang seyogyanya menuntut ini, karena keselamatan
hutan nir-tropik juga penting bagi keselamatan seluruh umat manusia, termasuk
umat manusia di daerah tropic. Negara maju tidak dapat menganggap hutan di
daerah nir-tropik sebagai urusan mereka sendiri dan hutan di daerah tropic
sebagai urusan global.
Uraian di atas
menunjukkan, Negara maju mempunyai sumbangan terbesar dalam kenaikan GRK dan
terjadinya pemanasan global,sehingga merekalah yang pertama-tama harus
bertanggung jawab atas terjadinya masalah ini.Mereka telah mengakui ini untuk
CO2 dari perkembangan BBF dan CFC.Dalam hal CO2 dari
hutan pun mereka harus bertanggung jawab lebih besar dari pada Negara
tropic.demikian pula kenaikan GRK ozon,metan dan N2O,tanggung jawab
mereka tidak kecil.Uraian ini tidak bermaksud untuk menumbuhkan sikap konfrontatif
terhadap Negara barat dan mempersulit kerja sama internasional untuk mengatasi
masalah yang pelik ini,melainkan untuk menundukan persoalan padaa dasar ilmiah
yang lebih baik dan pada proporsi yang wajar. Dengan mendudukkan
permasalahannya pada dasar ilmiah yang kokoh dan secara proporsional dapatlah
di cari cara pemecahan masalah yang baik dan adil.Misalnya,dalam hal emisi CO2
dari pembakaran BBF,Negara sedang berkembang masih memerlukan meningkatkan
konsumsi energinya untuk keperluan pembangunan.demiian pula pemanfaatan
hutan,baik untuk pembalakn maupun untuk lahannya,masih sangat di
perlukan.pengembangan sawah dan ternak kirannya harus lebih di tingkatkan.yang
penting ialah bahwa usaha itu harus di lakukan dengan perinsip pembangunan terlanjutkan (sustainable development).Untuk mencapai
tujuan ini merupakan keharusan adanya kesediaan Negara maju untuk memberikan
teknologinya yang hemat energi kepada Negara berkembangan,sehingga kenaikan
konsumsi energi tidak akan menaikan emisi CO2 secara berlebihan.maukah
mereka melakukan hal ini?pengalaman menunjukan bahwa hal ini sangat di ragukan.
Khususnya dalam bidang
kehutanan perlulah di sadari bahwa pembalakan yang terlanjutkan tidaklah
merugikan pemanasan global.Bahan awet yang di hasilkan dari kayu tetap menyimpan
karbon di dalamnya sehingga sebenarnya pembalakan yang menghasilkan barang awet
malahan berguna mengurangi kadar karbon dalam atmosfer.
Apabila hutan alam
dikonversikan menjadi hutan tanaman industri (HTI) dengan jenis pohon yang
tumbuh cepat,karbon yang tersimpan dalam HTI pada kondisi stedy state akan lebih kecil dari pada karbon yang tersimpan dalam
hutan alam.Oleh karena itu cara ini merugikan dari segi pemanasan global.Akan
tetapi jika HTI itu di bangun dari hutan belukar dan dari padang rumput,kandungan
karbon dari HTI pada kandisi stedy state
akan lebih tinggi dari pada hutan belukar dan padang rumput sehingga
menguntungkan dari segi penangkalan pemanasan global.Lebih menguntungkan lagi
ialah apabila reboisasi itu di lakukan untuk mereha bilitasi hutan alam yang
telah rusak.
Usaha kita untuk
mengembangkan pemanfaatan hutan secara terlanjutkan haruslah di tingkatkan
npengawasan pada HPH haruslah di perketat, antara lain dengan pengembangan
pemantauan hutan dengan penginderaan jauh Landsat, SPOT, pemotretan udara dan
penginderaan jauh dengan radar untuk mengatasi masalah penutupan awan. Citra
satelit dan potret udara dapat juga dipakai sebagai bahan bukti di pengadilan,
jika hal itu diperlukan. Di samping itu para HPH juga dituntut untuk meningkatkan
peransertanya dalam pengawasan dengan saling mengawasi.
Perlu kiranya
ditekankan kewajiban pembangunan terlanjutkan hutan tidak berlaku bagi Negara
sedang berkembang saja, melainkan untuk memecahkan masalah pemanasan global
Negara maju pun harus melakukannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar